Cerpen : Bu Aisyah

Monday, March 07, 2011 Widi Ramadhan 0 Komentar


Bu Aisyah. Ia adalah guru mata pelajaran sejarah dikelas kami pada waktu kelas XI. Ia berkulit sawo matang, dan sedikit gemuk. Oh iya perkenalkan, aku Widiyanto Ramadhan. Aku bersekolah di SMAN 2 Tambun Selatan yang tepatnya di kelas IPA 2. Awalnya kehadiran bu Aisyah sangat asing bagiku. "ini kan kelas IPA,kenapa dikelas IPA ada pelajaran IPS (Sejarah)" Pikirku. Ternyata aku salah. Memang,disetiap sekolah selalu ada pelajaran sejarah dalam kelas IPA. Bu Aisyah sangatlah baik dan sabar dalam mengajar kelas kami. Tapi ada yang tidak aku suka darinya,yaitu "cara mengajar". "Bu Aisyah kan guru sejarah tapi kenapa Beliau mengajarkan kami tentang hidup di dunia". Begitu pikirku. Aku yang sangat menyukai pelajaran sejarah terus menggerutu dalam hati. "itu hanya buang-buang waktu" pikirku.



Waktu pun berlalu,aku menjadi terbiasa dengan cara mengajarnya. Lama kelamaan aku menjadi mengerti tentang mengapa Bu Aisyah mengajari hidup di dunia kepada teman-temanku,termasuk aku. Beliau ingin kami semua menjadi sukses dalam berbagai hal. Ada sedikit rasa penyesalan dalam diriku tentang penilaian ku terhadap bu Aisyah waktu pertama kali. Kini aku menjadi akrab untuk beberapa saat. Tapi pada suatu waktu,aku mendengar kabar buruk dari teman-temanku. Katanya bu Aisyah akan dipindah tugaskan ke sekolahan lain. Tentu saja aku kaget luar biasa. "baru saja bisa akrab,tapi malah akan pergi" begitu pikirku.

Saat pelajaran sejarah dimulai,langkah demi langkah mulai ditapakkan dikelas ini. Lalu ia pun mulai bicara dan mengucapkan kata-kata terakhirnya di depan kami semua dengan air mata yang terus berjatuhan dipipinya. Tak sadar,air mataku membanjiri pipiku. "aku ga boleh nangis" begitu pikirku. Aku yang duduk paling belakang berusaha menenangkan diriku. Tiba-tiba disela-sela pembicaraan bu Aisyah,temanku yang bernama Lingga mengambil gitar dan memainkan petikan-petikan indah. Aku tertunduk sambil menahan air mata. Aku terus teringat oleh penilaian buruk ku pada bu Aisyah. Kini aku hanya bisa mendengarkan teman-teman sekelasku bernyanyi lagu saat terakhir (st12) dan bunda (Melly). Lagu itu pun membuat teman-temanku ikut menangis. Dan semakin lama suara tangisan teman-temanku mulai terdengar. Rasanya,aku tidak ingin melihat kepergian bu Aisyah dari kelas ini. Memang,setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi tidak perpisahan seperti ini yang aku inginkan. "Aku ingin bersama bu Aisyah lebih lama lagi" pikirku.


Bu Aisyah yang tidak tahan akan suasana seperti ini langsung pergi menuju pintu dengan air mata yang terus membanjiri pipinya. Tiba-tiba salah satu temanku yang bernama Ria bergegas menutup pintu dan menjaganya dengan terus menangis. Bu Aisyah yang melihat keadaan itu langsung berhenti. "ibu bangga sekali punya kesempatan untuk mengajar dikelas ini,ibu bangga dengan kalian" begitu kata bu Aisyah. Lalu bu Aisyah memeluk Ria dan berkata "Ria,tolong kamu jaga nama Rohis ya,belajar yang rajin dan jangan pernah menyerah". Setelah berkata seperti itu bu Aisyah pergi meninggalkan kami semua,meninggalkan kelas IPA 2,meninggalkan SMAN 2 Tambun Selatan. Suasana kelas kini menjadi hening dan sepi. Hanya terdengar suara tangis yang tersisa. Sampai saat ini,kami semua rindu setengah mati pada sosok yang pengertian dan selalu sabar seperti Bu Aisyah.

0 comments:

Mari budayakan komentar yang positif dan mohon kebijaksanaannya untuk tidak melakukan spamming. Jangan menyertakan link di dalam komentar, karena akan terdeteksi sebagai spam oleh google Life for sharing.